A. Pengertian Sudut Pandang Menurut KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sudut pandang memiliki dua pengertian utama:
1. Cara seseorang meninjau atau memandang suatu peristiwa, masalah, atau kejadian.
2. Dalam sastra, sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerita, baik sebagai pelaku utama, saksi, maupun orang luar yang serba tahu.
B. Pengertian Sudut Pandang Menurut Para Ahli
Ahli | Definisi Sudut Pandang |
---|---|
Aminuddin (2009) | Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan tokoh dalam cerita serta menentukan posisi narator dalam menyampaikan kisah kepada pembaca. |
Abrams (1981) | Sudut pandang adalah posisi atau perspektif yang digunakan oleh narator dalam menyampaikan suatu cerita. |
Stanton (2007) | Sudut pandang adalah cara cerita disampaikan berdasarkan posisi narator dalam kaitannya dengan peristiwa yang terjadi dalam cerita. |
Nurgiyantoro (2010) | Sudut pandang adalah strategi pengarang dalam menyampaikan cerita yang berkaitan dengan siapa yang menceritakan dan dari posisi mana cerita dikisahkan. |
Kenan (1983) | Sudut pandang adalah teknik naratif yang menentukan hubungan antara pencerita dan tokoh dalam suatu cerita. |
Tarigan (1984) | Sudut pandang adalah teknik yang digunakan pengarang untuk mengisahkan cerita berdasarkan peran yang dimainkan oleh narator. |
Sudut pandang berkaitan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu hal, baik dalam kehidupan maupun dalam karya sastra. Dalam sastra, sudut pandang menentukan bagaimana cerita disampaikan kepada pembaca, siapa yang menceritakan, serta bagaimana pembaca memahami alur cerita.
Berikut ini kami paparkan secara terperinci tentang macam-macam sudut pandangan dalam karya fiksi.
1. Sudut Pandang Orang Pertama (First Person Point of View)
Pengertian:
Sudut pandang orang pertama adalah cara bercerita di mana narator merupakan salah satu tokoh dalam cerita dan terlibat langsung dalam peristiwa yang diceritakan. Narator menggunakan kata ganti aku, saya, atau kami untuk menceritakan pengalaman, pemikiran, dan perasaannya.
Pendapat Ahli:
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2007:252) dalam bukunya Teori Pengkajian Fiksi, sudut pandang orang pertama memungkinkan pembaca merasa lebih dekat dengan tokoh utama karena segala sesuatu disajikan dari sudut pandang subjektifnya.
Ciri-ciri:
- Narator adalah tokoh dalam cerita.
- Menggunakan kata ganti aku, saya, atau kami.
- Pembaca hanya mengetahui apa yang dialami, dipikirkan, dan dirasakan oleh narator.
- Sudut pandang ini bisa serbatahu terbatas, di mana narator hanya mengetahui peristiwa yang dialaminya sendiri.
Contoh:
"Aku berjalan sendirian di lorong sekolah yang sunyi. Suara langkah kakiku menggema, membuat suasana semakin mencekam. Aku mencoba mengingat-ingat kejadian tadi pagi, saat Bayu tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Ada sesuatu yang aneh di tempat ini, dan aku tahu, aku harus mencari tahu."
Berikut adalah tabel lengkap yang mencakup semua kata ganti orang pertama dalam bahasa Indonesia, termasuk variasi dalam berbagai konteks dan dialek:
Tabel Lengkap Kata Ganti Orang Pertama dalam Bahasa Indonesia
Kata Ganti | Jenis | Penggunaan & Konteks | Contoh Kalimat |
---|---|---|---|
Aku | Tunggal | Umum, digunakan dalam percakapan sehari-hari dan sastra | "Aku selalu menyukai hujan sejak kecil." |
Saya | Tunggal | Formal, sopan, sering digunakan dalam situasi resmi | "Saya ingin menyampaikan pendapat saya mengenai hal ini." |
Daku | Tunggal | Bahasa sastra dan klasik, jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari | "Daku tak akan menyerah menghadapi rintangan ini." |
Hamba | Tunggal | Bahasa klasik, sering digunakan dalam cerita kerajaan atau sastra lama | "Hamba hanya mengabdi kepada Baginda seorang." |
Patik | Tunggal | Bahasa kerajaan, lebih sopan dari "hamba", digunakan dalam konteks istana | "Patik akan menjalankan titah Baginda dengan sepenuh hati." |
Sahaya | Tunggal | Bahasa Melayu lama, mirip dengan "hamba" | "Sahaya datang menghadap dengan penuh hormat." |
Gue | Tunggal | Bahasa gaul, banyak digunakan di daerah Jakarta dan sekitarnya | "Gue sih gak masalah, yang penting lo nyaman." |
Gua | Tunggal | Variasi dari "gue", masih dalam bahasa gaul | "Gua udah bilang jangan pergi sendirian." |
Ane | Tunggal | Bahasa Betawi, lebih santai dan gaul | "Ane sih nurut aja kalau itu yang terbaik." |
Beta | Tunggal | Dialek daerah, terutama Maluku dan NTT | "Beta akan tetap di sini sampai semuanya selesai." |
Abdi | Tunggal | Bahasa Sunda halus, menunjukkan kesopanan | "Abdi moal hilap kana jasa-jasa anjeun." (Saya tidak akan melupakan jasa-jasa Anda.) |
Ana | Tunggal | Digunakan dalam bahasa Arab atau sastra Islami | "Ana hanya ingin mencari ridha-Nya." |
Ulun | Tunggal | Digunakan dalam bahasa Banjar | "Ulun handak manuju ka pasar." (Saya ingin pergi ke pasar.) |
Isun | Tunggal | Bahasa Jawa khas daerah Cirebon dan Banten | "Isun ora bakal lali karo awakmu." (Saya tidak akan melupakan kamu.) |
Den | Tunggal | Digunakan dalam bahasa Minangkabau | "Den taragak kampuang halaman." (Saya rindu kampung halaman.) |
Sa | Tunggal | Digunakan dalam beberapa dialek daerah seperti Sulawesi | "Sa janji tidak akan mengulanginya lagi." |
Kulo | Tunggal | Bahasa Jawa krama halus | "Kulo nyuwun pangapunten." (Saya mohon maaf.) |
Kami | Jamak (tidak termasuk lawan bicara) | Menunjukkan kelompok yang tidak termasuk lawan bicara | "Kami sudah memutuskan untuk pergi lebih dulu." |
Kita | Jamak (termasuk lawan bicara) | Menunjukkan kelompok yang mencakup lawan bicara | "Kita harus bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini." |
Awak | Tunggal/Jamak | Digunakan dalam bahasa Minangkabau, bisa berarti "saya" atau "kita" | "Awak indak bisa melupakan hari itu." (Saya tidak bisa melupakan hari itu.) |
Ambo | Tunggal | Bahasa Minangkabau, lebih personal | "Ambo sangat menghargai pertolongan uni." (Saya sangat menghargai pertolongan kakak.) |
Kesimpulan:
- Kata ganti orang pertama tunggal: Aku, saya, daku, hamba, patik, sahaya, gue, gua, ane, beta, abdi, ana, ulun, isun, den, sa, kulo, awak, ambo.
- Kata ganti orang pertama jamak: Kami (tidak termasuk lawan bicara), kita (termasuk lawan bicara).
Kata ganti ini digunakan sesuai dengan konteks sosial, budaya, dan situasi.
2. Sudut Pandang Orang Kedua (Second Person Point of View)
Pengertian:
Sudut pandang orang kedua adalah teknik penceritaan yang langsung menyapa pembaca sebagai tokoh dalam cerita, menggunakan kata ganti kamu, Anda, atau bentuk lainnya yang merujuk langsung kepada pembaca.
Pendapat Ahli:
Menurut Aminuddin (2002:94) dalam Pengantar Apresiasi Karya Sastra, sudut pandang orang kedua jarang digunakan dalam karya sastra karena membutuhkan teknik narasi yang kuat agar tidak terasa kaku. Namun, penggunaannya sering ditemukan dalam karya eksperimental dan novel interaktif.
Ciri-ciri:
- Menggunakan kata ganti kamu, kau, atau Anda.
- Pembaca seolah-olah menjadi tokoh utama dalam cerita.
- Biasanya digunakan dalam novel interaktif, petunjuk permainan, atau karya sastra eksperimental.
Contoh:
"Kamu melangkah ragu memasuki ruangan yang gelap. Langkahmu terhenti ketika mendengar suara samar dari sudut ruangan. Kamu menahan napas, mencoba mengenali suara itu. Apakah itu suara seseorang? Ataukah hanya bayangan dalam kepalamu?"
Berikut adalah tabel lengkap kata ganti orang kedua dalam bahasa Indonesia, termasuk variasi dalam berbagai konteks dan dialek:
Tabel Lengkap Kata Ganti Orang Kedua dalam Bahasa Indonesia
Kata Ganti | Jenis | Penggunaan & Konteks | Contoh Kalimat |
---|---|---|---|
Kamu | Tunggal | Umum, digunakan dalam percakapan sehari-hari | "Kamu harus belajar lebih giat untuk ujian besok." |
Kau | Tunggal | Digunakan dalam sastra dan bahasa sehari-hari, lebih singkat dari "kamu" | "Kau selalu ada di hatiku." |
Engkau | Tunggal | Lebih halus dan sering digunakan dalam puisi atau sastra | "Engkau adalah cahaya dalam hidupku." |
Anda | Tunggal | Formal dan sopan, sering digunakan dalam komunikasi resmi | "Apakah Anda bersedia mengikuti acara ini?" |
Saudara | Tunggal | Formal, sering digunakan dalam pidato atau perbincangan resmi | "Saudara diharapkan hadir tepat waktu." |
Dik (Adik) | Tunggal | Digunakan untuk orang yang lebih muda atau sebagai panggilan akrab | "Dik, tolong bantu kakak mengambil buku itu." |
Mas | Tunggal | Digunakan sebagai sapaan sopan untuk laki-laki di Jawa | "Mas, apakah bisa membantu saya sebentar?" |
Mbak | Tunggal | Digunakan sebagai sapaan sopan untuk perempuan di Jawa | "Mbak, harga baju ini berapa?" |
Abang | Tunggal | Sapaan hormat untuk laki-laki yang lebih tua, umum di Sumatra dan Betawi | "Bang, boleh saya tanya arah ke stasiun?" |
Kakak (Kak) | Tunggal | Sapaan akrab untuk orang yang lebih tua atau dihormati | "Kak, kapan kita pergi ke rumah nenek?" |
Tuan | Tunggal | Formal dan sopan, digunakan dalam situasi resmi atau kerajaan | "Tuan, silakan duduk." |
Nyonya | Tunggal | Sapaan hormat untuk perempuan yang sudah menikah | "Nyonya, apakah Anda ingin memesan sesuatu?" |
Nona | Tunggal | Sapaan hormat untuk perempuan muda | "Nona, apakah ini milik Anda?" |
Sampeyan | Tunggal | Bahasa Jawa halus, lebih sopan dari "kamu" | "Sampeyan sudah makan belum?" |
Ente | Tunggal | Digunakan dalam bahasa gaul Betawi dan bahasa Arab dialek Indonesia | "Ente mau pergi ke mana?" |
Antum | Tunggal/Jamak | Digunakan dalam bahasa Arab dan komunitas Muslim | "Antum harus selalu ingat kepada Allah." |
Awak | Tunggal | Digunakan dalam bahasa Minangkabau dan Melayu | "Awak sudah siap berangkat?" |
Hang | Tunggal | Digunakan dalam dialek Melayu | "Hang buat apa di sini?" |
Lu | Tunggal | Bahasa gaul, banyak digunakan di Jakarta dan sekitarnya | "Lu udah makan belum?" |
Loe | Tunggal | Variasi dari "lu", masih dalam bahasa gaul | "Loe serius mau ikut?" |
Ibu (Bu) | Tunggal | Digunakan untuk menyapa perempuan yang lebih tua atau dihormati | "Bu, boleh saya bertanya sesuatu?" |
Bapak (Pak) | Tunggal | Digunakan untuk menyapa laki-laki yang lebih tua atau dihormati | "Pak, bagaimana pendapat Anda tentang hal ini?" |
Ustaz/Ustadzah | Tunggal | Digunakan untuk menyapa guru agama Islam | "Ustaz, mohon bimbingan doa yang baik." |
Kisanak | Tunggal | Bahasa lama, sering digunakan dalam sastra dan cerita kerajaan | "Kisanak, dari mana asalmu?" |
Kamu sekalian | Jamak | Bentuk jamak dari "kamu", lebih informal | "Kamu sekalian harus hadir tepat waktu." |
Kalian | Jamak | Umum, digunakan dalam percakapan sehari-hari | "Kalian sudah mengerjakan tugas belum?" |
Anda sekalian | Jamak | Bentuk jamak dari "Anda", lebih formal | "Apakah Anda sekalian sudah memahami materi?" |
Saudara-saudara | Jamak | Digunakan dalam pidato atau pertemuan resmi | "Saudara-saudara, marilah kita bersatu membangun bangsa." |
Tuan-tuan | Jamak | Digunakan dalam acara resmi untuk menyapa laki-laki | "Tuan-tuan, selamat datang di acara ini." |
Nyonya-nyonya | Jamak | Digunakan dalam acara resmi untuk menyapa perempuan | "Nyonya-nyonya, silakan menikmati hidangan." |
Kesimpulan:
- Kata ganti orang kedua tunggal: Kamu, kau, engkau, Anda, saudara, dik, mas, mbak, abang, kakak, tuan, nyonya, nona, sampeyan, ente, antum, awak, hang, lu, loe, ibu, bapak, ustaz, kisanak.
- Kata ganti orang kedua jamak: Kamu sekalian, kalian, Anda sekalian, saudara-saudara, tuan-tuan, nyonya-nyonya.
Setiap kata ganti memiliki konteks penggunaan yang berbeda, tergantung pada tingkat keformalan, daerah, dan budaya.
3. Sudut Pandang Orang Ketiga (Third Person Point of View)
Pengertian:
Sudut pandang orang ketiga adalah teknik penceritaan di mana narator berada di luar cerita dan tidak terlibat langsung dalam peristiwa. Narator menggunakan kata ganti dia, ia, atau menyebut nama tokoh secara langsung.
Pendapat Ahli:
Menurut Stanton (2007:35) dalam An Introduction to Fiction, sudut pandang orang ketiga memungkinkan narator menyampaikan cerita dengan lebih luas dan objektif, karena tidak terbatas pada satu sudut pandang tokoh tertentu.
Ciri-ciri:
- Menggunakan kata ganti dia, ia, atau nama tokoh secara langsung.
- Narator tidak terlibat langsung dalam cerita.
- Bisa bersifat terbatas (hanya mengikuti satu tokoh) atau serbatahu (dapat mengetahui pikiran dan perasaan semua tokoh).
Jenis Sudut Pandang Orang Ketiga:
-
Orang Ketiga Terbatas:
- Narator hanya mengetahui perasaan dan pikiran satu tokoh saja.
- Contoh:"Dian merasa gugup saat berdiri di depan kelas. Ia tahu bahwa semua mata tertuju padanya, dan itu membuatnya semakin gemetar."
-
Orang Ketiga Serbatahu (Omniscient):
- Narator mengetahui perasaan dan pikiran semua tokoh.
- Contoh:"Dian merasa gugup saat berdiri di depan kelas. Sementara itu, di bangku paling belakang, Rina tersenyum puas karena rencananya membuat Dian malu berhasil. Sementara itu, Pak Guru hanya menghela napas, menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi antara keduanya.
Berikut adalah tabel lengkap kata ganti orang ketiga dalam bahasa Indonesia, termasuk variasi dalam berbagai konteks dan dialek:
Tabel Lengkap Kata Ganti Orang Ketiga dalam Bahasa Indonesia
Kata Ganti | Jenis | Penggunaan & Konteks | Contoh Kalimat |
---|---|---|---|
Dia | Tunggal | Umum, digunakan dalam percakapan sehari-hari | "Dia sedang membaca buku." |
Ia | Tunggal | Formal, sering digunakan dalam tulisan sastra atau akademik | "Ia memenangkan lomba matematika." |
Beliau | Tunggal | Formal dan sopan, digunakan untuk orang yang dihormati | "Beliau adalah seorang ilmuwan ternama." |
-Nya | Tunggal | Bentuk kepemilikan, melekat pada kata lain | "Rumahnya berada di dekat sekolah." |
Si | Tunggal | Untuk menyebut seseorang secara tidak langsung | "Si Rudi selalu datang terlambat." |
Itu | Tunggal | Menunjukkan orang atau sesuatu yang sedang dibicarakan | "Orang itu sangat baik hati." |
Nama orang | Tunggal | Bisa digunakan langsung tanpa kata ganti | "Rina sedang belajar di kamar." |
Mereka | Jamak | Umum digunakan untuk menyebut lebih dari satu orang | "Mereka sedang bermain di lapangan." |
Beliau-beliau | Jamak | Bentuk jamak dari "beliau", untuk menghormati lebih dari satu orang | "Beliau-beliau telah banyak berjasa dalam pendidikan." |
Mereka semua | Jamak | Untuk menekankan bahwa seluruh kelompok terlibat | "Mereka semua hadir di acara tadi malam." |
Orang-orang itu | Jamak | Menunjukkan sekelompok orang tanpa menyebut nama | "Orang-orang itu sedang berdiskusi serius." |
De'e | Tunggal | Dialek Betawi, digunakan dalam percakapan sehari-hari | "De'e tadi ke rumah lu, nyariin." |
Sidia | Tunggal | Dialek Melayu, lebih sopan dari "dia" | "Sidia sudah pergi sejak tadi pagi." |
Nye | Tunggal | Dialek Betawi, bentuk tidak baku dari "dia" | "Nye bilang bakal datang sore ini." |
Inyo | Tunggal | Dialek Minangkabau, digunakan dalam percakapan informal | "Inyo pandai maicik kue." |
Onya | Tunggal | Dialek Batak, bentuk lokal dari "dia" | "Onya sudah pulang ke kampung." |
Hanyo | Tunggal | Dialek Banjar, digunakan dalam bahasa sehari-hari | "Hanyo sudah berangkat tadi pagi." |
Anunya | Tunggal | Dialek Makassar, sering digunakan untuk menyebut seseorang tanpa menyebut nama | "Anunya sudah pergi duluan." |
Kesimpulan:
- Kata ganti orang ketiga tunggal: Dia, ia, beliau, -nya, si, itu, nama orang.
- Kata ganti orang ketiga jamak: Mereka, beliau-beliau, mereka semua, orang-orang itu.
- Kata ganti dalam dialek daerah: De'e (Betawi), Sidia (Melayu), Nye (Betawi), Inyo (Minangkabau), Onya (Batak), Hanyo (Banjar), Anunya (Makassar).
Kesimpulan:
Sudut pandang dalam cerita sangat memengaruhi cara pembaca memahami dan merasakan cerita. Setiap sudut pandang memiliki kelebihan dan kekurangan:
- Orang Pertama: Lebih personal dan emosional, tetapi terbatas hanya pada perspektif satu tokoh.
- Orang Kedua: Membuat pembaca lebih terlibat, tetapi jarang digunakan dalam sastra konvensional.
- Orang Ketiga: Lebih objektif dan fleksibel, tetapi bisa membuat cerita terasa lebih jauh dari emosi tokoh.
Pemilihan sudut pandang tergantung pada tujuan cerita dan efek yang ingin dicapai oleh penulis.
Daftar Pustaka
- Aminuddin. (2002). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
- Nurgiyantoro, Burhan. (2007). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
- Stanton, Robert. (2007). An Introduction to Fiction. New York: Pearson Longman.